Sabtu, 16 Agustus 2008

Indonesia..4 Indonesia

100 tahun yang lalu, orang-orang paling pintar, cerdas, dan pemilik semangat yang luar biasa tinggi, sudah mencanangkan bahwa Indonesia harus merdeka. Merdeka yang berarti bebas dari cengkeraman penjajah, bebas dari kemiskinan dan kebodohan. Bukan hanya itu, mereka juga punya cita-cita. Bahwa bangsa ini harus menjadi bangsa yang besar, dan memang, mereka semua berambisi untuk mewujudkan mimpi itu.

Sekedar mengingatkan, 20 Mei 1908 dideklarasikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional berkat didirikannya organisasi Budi Utomo, organisasi pemuda pertama yang tidak berlandaskan etnis dan kedaerahan. Budi Utomo. Budi Utomo pun menjadi organisasi pelopor, pionir, yang menggugah masyarakat untuk mendirikan organisasi serupa daripada menyerah pada nasib: kesengsaraan, kemiskinan dan penyiksaan akibat imperalisme.

Empat tahun kemudian, didirikanlah Indische Partij oleh tiga serangkai Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara), Douwes Dekker dan Dr. Cipto Mangunkusumo. Indische Partij menjadi organisasi pertama yang misi utamanya adalah mewujudkan Indonesia merdeka. Di buku yang saya baca ditulis, “Tujuan partai ini benar-benar revolusioner, karena ingin mendobrak kenyataan politik rasial yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda di Indonesia.” Ini berarti, Indische Partij sejak awal sudah berencana membawa massa menuju paradigma bahwa perbedaan adalah suatu hal yang indah, serta merupakan aset yang sudah sepatutnya dijaga oleh pemiliknya.

Lalu, apa yang ingin saya sampaikan dari tulisan ini? Indische Partij memiliki semboyan Hindia for Hindia, yang berarti “Indonesia untuk Indonesia”—sebab saat itu Indonesia masih dinamakan Hindia. Artinya, Indonesia hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang menetap dan bertempat tinggal di Indonesia tanpa terkecuali, dan tanpa memandang apapun jenis bangsanya.

Jika hendak menafsir secara bebas, Hindia for Hindia juga bisa dijadikan suatu gerakan di mana kita, sebagai bangsa Indonesia, memperjuangkan keutuhan bangsa kita sendiri. Hindia for Hindia mengajak kita untuk menjaga apa yang kita miliki, yaitu tanah air Indonesia. Sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk memakai produk-produk yang dibuat oleh penduduk lokal, karena apa yang diproduksi bangsa ini, bukankah pada awalnya dibuat untuk saudara sebangsanya?

Mohammad Hatta

Segenap tumpah darah Indonesia diciptakan Tuhan sebagai saudara. Pendahulu kita sudah menyadari hal itu. Ketika Mohammad Hatta ditangkap karena dituduh memiliki andil dalam pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI), beliau memberikan pidato pembelaan yang cemerlang berjudul “Indonesia Merdeka”. Ketika Soekarno juga ditangkap oleh Belanda pada tahun 1930 sebagai anggota Partai Nasional Indonesia (PNI), beliau pun mengumandangkan pidato pembelaan dengan judul “Indonesia Menggugat”. Mereka berdua akhirnya menjadi proklamator Indonesia, sampai-sampai disebut dwitunggal karena keduanya sama-sama bijaksana, cerdas dan nasionalis. Tapi yang paling penting, Bung Karno dan Bung Hatta sama-sama berjuang untuk Indonesia. Ketika mereka berdua dihadapkan pada pengadilan, mereka sama-sama membela Indonesia, berjuang atas nama Indonesia, bukannya membela diri sendiri.

Pada titik itu, 1908, rakyat bersatu di bawah satu nama: Indonesia. Tidak ada lagi orang-orang yang mengatasnamakan daerah dan etnisnya, apalagi atas nama dirinya sendiri. Meskipun faham yang dimiliki berbeda-beda, dari nasionalis, demokratis, sampai komunis, semuanya berjuang dengan satu kata: Indonesia.

Jadi, mengapa sekarang harus menghapus apa yang sudah para pahlawan bina? Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya? Kita harus menunjukkan bahwa kita benar-benar menghormati jasa-jasa beliau semua. Telah satu abad berlalu, sekarang Indonesia justru terpecah belah lagi. Terlalu banyak orang yang ingin memisahkan diri dari Indonesia, dan terlalu banyak republik-republik yang telah berdiri kendati tidak secara resmi. Padahal, Indonesia adalah satu bangsa yang kaya, dan sudah seharusnya kita jaga semaksimal mungkin.

Kembali pada semboyan Hindia for Hindia, apakah kamu sudah memberi kontribusi untuk Indonesia? Selama ini, semua orang selalu saja mengeluh, betapa miskin negara ini, betapa tidak teratur negara ini.

Coba buka lemari bajumu. Apakah kamu memiliki kebaya, ataupun pakaian berbahan batik? Seberapa sering kamu memakainya? Apakah kamu malu memakainya ketika pergi bersama teman-temanmu? Mengapa harus malu? Orang India bahkan bisa pergi ke mana-mana menggunakan sari. Apakah ada kaus I ♥ DC? I ♥ NY? Mengapa kamu tidak membuat kaus I ♥ Indonesia? Bukankah itu negaramu?

Bacalah koran yang datang hari ini. Apakah kamu masih kesal karena Malaysia mengklaim lagu “Rasa Sayange” sebagai lagu nasional mereka? Mengapa? Apakah kamu hafal liriknya? Apakah kamu kesal angklung pun dicap sebagai milik mereka? Berapa kali kamu pernah memainkan angklung seumur hidupmu? Kamu marah karena tempe dipatenkan oleh Jepang? Kenapa? Bukankah selama ini kamu malu jika teman-temanmu datang ke rumah dan pembantumu hanya menyediakan tempe dan tahu?

Pergilah ke mal. Makanan apa yang kamu pilih? Di restoran mana? Sate Khas Senayan? Sari Ratu? Atau malah Sushi Tei? Bandingkan seberapa sering kamu makan di restoran mancanegara dibandingkan menyantap nasi uduk yang jauh lebih tasty dan sangat disukai turis. Pernahkah kamu membeli CD lokal yang bajakan? Kalau selalu begitu, kapan negara kita akan kaya? Kapan terakhir kali kamu berharap bisa mengunjungi Candi Borobudur? Kapan terakhir kali kamu menyeberang di zebra cross?

Apakah kamu sudah menelaah bagaimana cara kamu hidup, sebelum mulai menyalahkan orang lain dan pemerintah? Mari resapi semboyan Indonesia untuk Indonesia, dan lakukan sesuatu untuk melanjutkan perjuangan mereka semua: para pahlawan kita.


source: http://untukindonesia.blogwae.com/

Tidak ada komentar: